Oleh: T. Murdani
Dosen Prodi Pengembangan Masyarakat Islam,Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Era kolonialisme memang sudah berakhir secara fisik dan sebagai gantinya digantikan dengan era pembangunan. Era ini ditandai dengan pidato Herry S. Truman yang merupakan presiden Amerika Serikat yang ke 33. Truman merupakan orang pertama yang memperkenalkan gagasan pembangunan global dalam kampanye politiknya pada tahun 1946 yang kemudian menjadi cita-cita semua bangsa di dunia.“Kita harus memulai program baru yang berani untuk memanfaatkan kemajuan ilmiah dan kemajuan industri kita untuk perbaikan dan pertumbuhan daerah terbelakang.
Eksploitasi imperialisme lama untuk keuntungan asing tidak memiliki tempat lagi dalam rencana kita. Apa yang kami bayangkan adalah sebuah program pembangunan berdasarkan konsep-konsep demokrasi yang adil.”
Menurut sang presiden produksi yang lebih besar adalah kunci menuju kemakmuran dan perdamaian. Dan kunci untuk produksi yang lebih besar adalah penerapan pengetahuan ilmiah dan teknis modern yang lebih luas dan lebih kuat.
Dunia paska era kolonialisme membutuhkan kondisi yang damai untuk mereplikasi dunia yang dapat mencirikan masyarakat "maju" pada waktu itu — tingkat industrialisasi dan urbanisasi yang tinggi, teknisisasi pertanian, pertumbuhan produksi material dan standar hidup yang cepat, dan penerapan pendidikan modern secara luas dan nilai budaya.
Dalam visi Truman, modal, ilmu pengetahuan, dan teknologi adalah bahan utama yang memungkinkan terjadinya revolusi besar-besaran ini. Tanpa ketiga bahan bakar tersebut sebuah negara akan menjadi terbelakang dan tidak mampu berkembang.
Modal yang dimaksudkan oleh Truman didalamnya juga termasuk modal sosial dimana suatu masyarakat tidak akan bisa berkembang bila kondisi sosial kacau dan tidak memiliki satu misi bersama untuk melakukan.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia pada umumnya, dan masyarakat Aceh pada khususnya. Pergantian era kolonialisme kepada pembangunan global masih menjadi persoalan. Praktek yang terjadi masih belum terlihat terjadinya kondisi move on.
Kondisi ini bukan terletak pada modal, tetapi lebih kepada pengelolaan modal yang jujur dan transparan. Pembangunan merupakan sebuah program pemerintah yang bertujuan untuk mencipakan hidup semua orang lebih baik.
Setiap tahun pemerintah menganggarkan dana untuk program-program pembangunan, baik infrastruktur, bantuan modal usaha maupun peningkatan kapasitas manusia. Namun karena pola pikir move on dari pembuat dan pengambil kebijakan belum terjadi, praktek-praktek kolonialisme masih banyak dipraktekkan.
Sebagai wacana berfikir, Indonesia merdeka pada tahun 1945 dan Aceh telah menjadi bagian dari republik, malah menjadi sutradara terhadap kemedekaan bangsa ini. Artinya kita sudah merdeka selama 77 tahun. Setiap tahun pemerintah mengaggarkan dana untuk pembangunan dengan jumlah yang sangat besar.
Namun setelah 77 tahun, Aceh masih dengan kondisi kemiskinan yang sangat memprihatinkan. Dimana salah urus program pembangunan? Modal pembangunan hanya bisa diakses dan digunakan oleh pejabat dan para elit, jadi berhasil atau tidaknya sebuah misi pembangunan tergantung kebijakan mereka.
Kalau pola pikir pejabat dan elit belum bisa move on dari pola pikir kolonialisme maka program pembangunan tidak akan bisa jalan sebagaimana mestinya.
Kalau kita mengacu kepada ide presiden Truman bahan bakar pembangunan adalah modal, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana pembangunan dapat dilaksanakan kalau pejabat sibuk membangun gedung yang kemudian banyak terbengkalai. Kondisi ini menunjukkan para pejabat dan elit bukan melakukan pembangunan tetapi sedang melakukan proyek pembangunan untuk mendapatkan hak amil semata.
Kalau kita telusuri lebih jauh pemerintah setiap tahunnya memberikan berbagai bantuan dan subsidi untuk berbagai sektor termasuk pertanian. Mulai dari bantuan bibit, pupuk, bahkan modal usaha untuk kelompok. Namun sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang nyata dari bantuan tersebut mengingat Aceh masih dalam status termiskin se-Sumatera.
Melihat kondisi seperti ini menjadi catatan dan pertanyaan kepada kita semua, apakah masyarakat menerima bantuan tersebut seperti yang terencana dari pemerintah, atau sudah terjadi modifikasi sehingga hasilnya tidak terjadi sesuai perencanaan karena sudah melalui berbagai proses sunatan.
Mengembalikan ingatan kita terhadap berbagai berita yang pernah tersaji di beberapa media, misalnya para duafa harus menyetor sejumlah uang untuk mendapatkan rumah bantuan. Para penerima bantuan harus mengeluarkan sejumlah uang untuk proses administrasi. Ini merupakan sebuah catatan yang belum move on terhadap ide pembangunan.
Strategi yang paling ampuh agar dana dan perencanaan pembangunan pemerintah dapat mencapai hasil maksimal adalah dengan memahami bahwa upaya pembangunan merupakan suatu keinginan bersama untuk berubah keadaan menjadi lebih baik. Para pengambil kebijakan memiliki tanggung jawab besar untuk mensejahterakan rakyat, meningkatkan pendapatan per kapita, memperbaiki distribusi pendapatan, kebebasan politik dan ekonomi, dan akses ke sana.
Kemudian tidak menjadikan upaya pembangunan sebagai proyek pembangunan, baik dengan menitik beratkan pembangunan pada infrastruktur yang kurang dibutuhkan maupun memodifikasi program dan anggaran sehingga realisasi dilapangan tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
Syariat Islam yang sudah dijalankan di Aceh harus di kembangkan agar tidak hanya dijalan pada hukuman cambuk dan pola berpakaian. Tetapi perlu di terapkan dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi pembangunan agar terjadi penyesuaian hak amel dan konsep masyarakat madani yang diinisiasi oleh Nabi Muhammad SAW menjadi model universal.
Escobar, A. (2011). Encountering development: The making and unmaking of the Third World (Vol. 1). Princeton University Press.
Sachs, W. (Ed.). (1997). Development dictionary, The: A guide to knowledge as power. Orient Blackswan
Menurut sang presiden produksi yang lebih besar adalah kunci menuju kemakmuran dan perdamaian. Dan kunci untuk produksi yang lebih besar adalah penerapan pengetahuan ilmiah dan teknis modern yang lebih luas dan lebih kuat.
Dunia paska era kolonialisme membutuhkan kondisi yang damai untuk mereplikasi dunia yang dapat mencirikan masyarakat "maju" pada waktu itu — tingkat industrialisasi dan urbanisasi yang tinggi, teknisisasi pertanian, pertumbuhan produksi material dan standar hidup yang cepat, dan penerapan pendidikan modern secara luas dan nilai budaya.
Dalam visi Truman, modal, ilmu pengetahuan, dan teknologi adalah bahan utama yang memungkinkan terjadinya revolusi besar-besaran ini. Tanpa ketiga bahan bakar tersebut sebuah negara akan menjadi terbelakang dan tidak mampu berkembang.
Modal yang dimaksudkan oleh Truman didalamnya juga termasuk modal sosial dimana suatu masyarakat tidak akan bisa berkembang bila kondisi sosial kacau dan tidak memiliki satu misi bersama untuk melakukan.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia pada umumnya, dan masyarakat Aceh pada khususnya. Pergantian era kolonialisme kepada pembangunan global masih menjadi persoalan. Praktek yang terjadi masih belum terlihat terjadinya kondisi move on.
Kondisi ini bukan terletak pada modal, tetapi lebih kepada pengelolaan modal yang jujur dan transparan. Pembangunan merupakan sebuah program pemerintah yang bertujuan untuk mencipakan hidup semua orang lebih baik.
Setiap tahun pemerintah menganggarkan dana untuk program-program pembangunan, baik infrastruktur, bantuan modal usaha maupun peningkatan kapasitas manusia. Namun karena pola pikir move on dari pembuat dan pengambil kebijakan belum terjadi, praktek-praktek kolonialisme masih banyak dipraktekkan.
Sebagai wacana berfikir, Indonesia merdeka pada tahun 1945 dan Aceh telah menjadi bagian dari republik, malah menjadi sutradara terhadap kemedekaan bangsa ini. Artinya kita sudah merdeka selama 77 tahun. Setiap tahun pemerintah mengaggarkan dana untuk pembangunan dengan jumlah yang sangat besar.
Namun setelah 77 tahun, Aceh masih dengan kondisi kemiskinan yang sangat memprihatinkan. Dimana salah urus program pembangunan? Modal pembangunan hanya bisa diakses dan digunakan oleh pejabat dan para elit, jadi berhasil atau tidaknya sebuah misi pembangunan tergantung kebijakan mereka.
Kalau pola pikir pejabat dan elit belum bisa move on dari pola pikir kolonialisme maka program pembangunan tidak akan bisa jalan sebagaimana mestinya.
Kalau kita mengacu kepada ide presiden Truman bahan bakar pembangunan adalah modal, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana pembangunan dapat dilaksanakan kalau pejabat sibuk membangun gedung yang kemudian banyak terbengkalai. Kondisi ini menunjukkan para pejabat dan elit bukan melakukan pembangunan tetapi sedang melakukan proyek pembangunan untuk mendapatkan hak amil semata.
Kalau kita telusuri lebih jauh pemerintah setiap tahunnya memberikan berbagai bantuan dan subsidi untuk berbagai sektor termasuk pertanian. Mulai dari bantuan bibit, pupuk, bahkan modal usaha untuk kelompok. Namun sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang nyata dari bantuan tersebut mengingat Aceh masih dalam status termiskin se-Sumatera.
Melihat kondisi seperti ini menjadi catatan dan pertanyaan kepada kita semua, apakah masyarakat menerima bantuan tersebut seperti yang terencana dari pemerintah, atau sudah terjadi modifikasi sehingga hasilnya tidak terjadi sesuai perencanaan karena sudah melalui berbagai proses sunatan.
Mengembalikan ingatan kita terhadap berbagai berita yang pernah tersaji di beberapa media, misalnya para duafa harus menyetor sejumlah uang untuk mendapatkan rumah bantuan. Para penerima bantuan harus mengeluarkan sejumlah uang untuk proses administrasi. Ini merupakan sebuah catatan yang belum move on terhadap ide pembangunan.
Strategi yang paling ampuh agar dana dan perencanaan pembangunan pemerintah dapat mencapai hasil maksimal adalah dengan memahami bahwa upaya pembangunan merupakan suatu keinginan bersama untuk berubah keadaan menjadi lebih baik. Para pengambil kebijakan memiliki tanggung jawab besar untuk mensejahterakan rakyat, meningkatkan pendapatan per kapita, memperbaiki distribusi pendapatan, kebebasan politik dan ekonomi, dan akses ke sana.
Kemudian tidak menjadikan upaya pembangunan sebagai proyek pembangunan, baik dengan menitik beratkan pembangunan pada infrastruktur yang kurang dibutuhkan maupun memodifikasi program dan anggaran sehingga realisasi dilapangan tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
Syariat Islam yang sudah dijalankan di Aceh harus di kembangkan agar tidak hanya dijalan pada hukuman cambuk dan pola berpakaian. Tetapi perlu di terapkan dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi pembangunan agar terjadi penyesuaian hak amel dan konsep masyarakat madani yang diinisiasi oleh Nabi Muhammad SAW menjadi model universal.
Referensi:
Willis, K. (2011). Theories and practices of development. Taylor & Francis.Escobar, A. (2011). Encountering development: The making and unmaking of the Third World (Vol. 1). Princeton University Press.
Sachs, W. (Ed.). (1997). Development dictionary, The: A guide to knowledge as power. Orient Blackswan
Tags:
Opini
Sesuai dg judul nyo bit...opini
ReplyDelete