Mereka yang Tertinggal, Sebuah Catatan dari Desa Buket Keumuneng.

kondisi salah satu rumah warga desa Buket Kemuneng

Oleh: T. Murdani

Dosen Program Study Pengembangan Masyarakat Islam,
Universitas Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh

Banda Aceh – Teunom saat ini sudah bisa dilalui dengan begitu mudah karena fasilitas jalan yang sangat bagus. Kondisi ini tentunya salah satu rahmat yang diberikan Allah setelah terjadinya bencana dunia yakni gempa bumi yang diikuti dengan gelombang tsunami pada tahun 2004. Sepuluh tahun setelah bencana, daerah-daerah yang tertimpa tsunami telah bangkit dan menjadi daerah yang lumayan baik bila dilihat dari sudut pandang infrastruktur dan perumahan.

Namun bagi daerah-daerah pedalaman?

Mereka kebanyakan masih berjuang untuk mendapatkan hidup yang lebih layak. Salah satunya adalah desa Buket Kemuneng yang berada di kecamatan Pasie Raya kabupaten Aceh Jaya. Sebuah desa yang dulunya kawasan transmigrasi bagi warga pulau Jawa ketika Suharto masih berkuasa. Transmigrasi tersebut bercampur dengan transmigrasi lokal sehingga membentuk satu komunitas yang majemuk.

Dengan alam yang subur ditambah dengan pola kerja warga dipulau jawa yang bemitu ulet, kawasan tersebut pernah menjadi sentra produksi jeruk yang dulunya masuk dalam wilayah administratif Aceh Barat. Sumber daya alam yang ada di Aceh dan sumber daya manusia dari pulau jawa telah memancing warga lokal untuk menafaatkan kesuburan alam untuk dikonversi menjadi sumber pendapatan untuk kesejahteraan komunitas.

Walaupun dengan infrastruktur khususnya jalan apa adanya, desa Buket kemuneng pernah menjadi sentra produksi jeruk di kawasan pantai barat dan pernah mewarnai pasar Meulaboh, Patek dan sekitarnya. Kondisi jalan khusunya dari Teunom menuju desa Buket
Kemuneng menurut penuturan warga tidak jauh berbeda dengan kondisi dahulu. Jalan menuju desa Buket Kemuneng masih susah untuk dilalui, apalagi ketika musim hujan, jalan menjadi berlumpur dan susah sekali untuk dilalui kenderaan baik roda dua maupun roda empat.


Kondisi jalan menuju desa Buket Kemuneng

Sebagai warga yang tinggal jauh dipedalaman dan sedikit koneksi dengan komunitas lain, mereka menjadi komunitas yang sangat berdampak dari konflik bersenjata di Aceh yang hampir tiga puluh tahun. Sebagai saksi bisu masih ada sisa-sisa rumah sekolah yang dibakar disana, rumah dan kantor kepala desa. Namun kebanyakan rumah warga habis dibakar dan kebanyakan hanya menyisakan lantai yang terbuat dari beton. 

Kebun-kebun jeruk yang dulu pernah menjadi andalan pendapatan untuk keluarga telah lenyap karena mereka harus mengungsi ketika darurat militer dilaksanakan di Aceh. Ketika mereka kembali, mereka hanya menemukan hutan dan puing-puing rumah yang sudah dibakar.

Dengan kondisi jalan yang harus kami lalui menuju desa Buket Kemuneng yang tidak berbeda jauh dengan cerita warga. Kami menemukan cerita yang tidak akan habis untuk dicatat, hampir semua warga disana hanya memiliki senyuman pahit, dan wajah-wajah putus asa. Dengan beberapa rumah warga yang tersisa dimana menurut kepala desa, semua rumah tersebut dibangun dengan menggunakan uang desa yang berjumlah tidak setengah dari jumlah warga desa.


kondisi rumah yang dibangun dengan
menggunakan dana desa


Warga desa Buket kemuneng menghadapi dua persoalan rumit, pertama kebanyakan warga tidak dapat kembali ke desa karena mereka tidak memiliki rumah disana. Kedua, kasus kepemilikan lahan yang tidak tuntas selama pelaksanaan program transmigrasi, sehingga membuat warga khawatir kalau sewaktu-waktu kepemilikan lahan akan dialihkan kepada orang lain. Sampai saat ini belum ada solusi dan kebijakan yang jelas mengenai kepemilikan tersebut.

Namun dibalik kerumitan yang ada, warga yang sudah kembali menetap dilokasi saat ini sudah memulai kembali menanam jeruk dan hasilnya sangat menjanjikan. Tetapi dengan kondisi yang melilit mereka setelah konflik bersenjata di Aceh, dimana mereka tidak memiliki kemampuan lebih untuk bangkit dan manjadi makmur seperti yang pernah mereka alami duhulu.

Menjadi sebuah tanda tanya besar dimana pemerintah, dimana Badan Reintegrasi Aceh (BRA), dan kemana uang otonomi khusus yang katanya sangat melimpah di Aceh untuk merehabilitasi warga yang berdampak konflik. Apakah mereka tidak termasuk dalam kategori, atau mereka memang telah dilupakan dan dianggap masa lalu.


Puing-Puing bangunan yang dibakar semasa
konflik berkecamuk di Aceh


Padahal kesuburan alam kalau digabungkan dengan kemampuan mereka dalam bertani khususnya jeruk, desa Buket Kemuneng akan menjadi sebuah desa yang akan memiliki produk unggulan yaitu jeruk. Dengan pembinaan dan bantuan sosial mereka akan mampu bangkit dan menjadikan desa Buket Kemuneng sebagai desa produktif di Aceh Jaya.

Semoga para elit dan pemangku kebijakan di Aceh Jaya dapat melihat sumber daya alam yang sangat melimpah disana dan mampu menyusun rancangan pembangunan yang tepat. Sehingga Aceh Jaya akan menjadi kawasan produktif dengan berbagai produk pertanian dan industri sederhana.

Semoga!.

Post a Comment

Previous Post Next Post