Teuku Murdani
Power (kekuasaan) merupakan sebuah kekuatan yang mampu menghasilkan konflik atau damai. Power yang dapat dikontrol akan menghasilkan hal-hal yang positif yang sangat bermanfaat untuk pembangunan, tetapi power yang tidak dapat dikontrol akan dapat menimbulakan berbagai masaalah di dalam masyarakat. Ketika seseorang menyadari bahwa dia memiliki power, maka dia akan mampu berbuat untuk mempengaruhi, mengatur atau menindas orang lain . Dalam bab ini kita akan membahas tiga jenis power yang terdapat di dalam masyarakat dan power ini akan berpengaruh terhadap kedamaian atau akan menimbulkan konflik di dalam masyarakat itu sendiri.Ketiga jenis power tersebut adalah:
1. Power-Over; power jenis ini termasuk kemampuan untuk memaksa orang lain agar mengikuti dan mematuhi keinginan si pemilik power. Power semacam ini memiliki kekuasaan tanpa batas sehingga sering sekali berkaitan erat dengan kekerasan atau ancaman terhadap kemungkinan terjadinya kekerasan. Hal ini sangat umum terjadi didalam komunitas kita dimana orang-orang yang berkuasa melakukan Tindakan semena-mena terhadap orang lain atau yang sering disebut dengan istilah “dhalim”.
Power-over dapat diartikan "Kekuasaan atas" karena mengacu pada bentuk kekuasaan hierarkis dan otoriter di mana satu individu atau kelompok melakukan kontrol dan dominasi terhadap orang lain. Hal ini sering dikaitkan dengan konotasi negatif dan dapat menyebabkan kesenjangan dan penindasan. Ciri-ciri dari power-over adalah Kontrol: Pihak yang berkuasa mendiktekan syarat-syarat dan menggunakan pengaruhnya terhadap pihak yang kurang berkuasa atau tidak berkuasa samasekali. Pemaksaan: Ancaman, intimidasi, atau kekerasan dapat digunakan untuk memastikan kepatuhan. Keagenan Terbatas: Pihak yang kurang kuat mempunyai lebih sedikit pilihan dan terbatasnya kemampuan untuk mempengaruhi situasi. Sumber Daya yang Tidak Setara: Pihak yang berkuasa sering kali mengontrol akses terhadap sumber daya, informasi, atau peluang.
Power-over ini tidak selalu bersifat mutlak. Pihak yang kurang berkuasa dapat menolak, bernegosiasi, atau mencari cara untuk menumbangkan kendali pihak yang berkuasa. Disamping itu, dinamika kekuasaan bisa jadi rumit dan berubah-ubah. Individu atau kelompok mungkin memegang kekuasaan dalam beberapa situasi namun kurang berkuasa dalam situasi lain.
Para ahli seperti Lukes (2012): menggambarkan power-over sebagai bentuk kemampuan seseorang untuk membentuk preferensi orang lain dengan cara yang sesuai dengan kepentingan orang tersebut, bahkan jika mereka tidak menyadari pengaruh ini. Ia berpendapat bahwa kekuasaan dapat dilaksanakan tidak hanya melalui paksaan atau paksaan, namun juga melalui cara-cara yang lebih halus seperti membentuk agenda atau membatasi pilihan. Kemudian dalam kesempatan yang lain Lukes (1986) lebih menganjurkan model kekuasaan tiga dimensi, di mana kekuasaan hanya merupakan salah satu aspeknya. Ia menekankan cara-cara halus dalam menjalankan kekuasaan, seperti membentuk preferensi dan keinginan masyarakat tanpa mereka sadari. Sedangkan Foucault (2016) menjelaskan bahwa "kekuasaan disipliner", di mana kekuasaan tersebar ke seluruh institusi dan struktur sosial, sering kali membentuk perilaku dan norma kita tanpa kita sadari.
2. Power-With; power ini berasal dari kemampuan kita untuk mendengar, empati dan memahami yang lain serta kemampuan untuk menidentifikasi kepercayaan dan kepentingan. Power ini biasanya muncul ketika kita bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai kepentingan bersama. Jenis power ini sangat positif terhadap proses pembangunan karena mampu mengorganisir seluruh sumberdaya yang ada untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan.
Berbeda dengan "power-over", Power-with menekankan kolaborasi dan kekuatan kolektif. Hal ini mengacu pada kemampuan individu atau kelompok untuk mencapai lebih banyak hal dengan bekerja sama dibandingkan jika mereka bekerja sendiri. Power-with memiliki karakteristik utama yakni kolaborasi dimana sangat penting dalam kerja tim, tujuan bersama, dan saling menghormati. Dapat menggabungan kekuatan dan perspektif individu atau kelompok menciptakan kekuatan yang lebih kuat dibandingkan gabungan bagian-bagiannya. Penggabungan sumber daya, pengetahuan, dan keterampilan, kelompok dapat mengatasi tantangan dan mencapai kesuksesan yang lebih besar. Power-with juga memiliki rasa persatuan dan tujuan bersama memicu komitmen dan motivasi dalam kelompok. Intinya Power-with memberdayakan individu dengan memanfaatkan kekuatan kolektif kelompok.
3. Power-Within; itu berasal dari kekuatan batin yang terkait dengan keberanian, keyakinan dan disiplin diri. Bagi sebagian orang, kekuatan di dalam diri bersumber dari spiritualitas.
Power-within berfokus pada perasaan internal seseorang mengenai kekuatan, kepercayaan diri, dan kapasitas untuk bertindak. Beberapa element yang sangat penting dalam power ini adalah: Harga Diri: Keyakinan pada nilai dan kemampuan diri sendiri. Kesadaran Diri: Memahami kekuatan, kelemahan, nilai, dan motivasi Anda. Self-Efficacy: Keyakinan bahwa Anda dapat mencapai tujuan dan mengatasi tantangan. Ketahanan: Kemampuan untuk bangkit kembali dari kemunduran dan terus bergerak maju. Hak pilihan: Rasa kendali atas kehidupan dan keputusan Anda sendiri.
Memiliki power-within sangat penting karena dapat mendorong kemampuan seseorang untuk mengambil tindakan dan membuat pilihan yang membentuk kehidupan seseorang. Dapat mendorong seseorang untuk mengejar tujuan dan mengatasi rintangan. Memiliki kekuatan yang kuat dalam diri berkontribusi pada kesehatan mental dan emosional yang lebih baik.
Kekuatan dalam diri seperti ini memungkinkan seseorang menetapkan batasan, berkomunikasi secara efektif, dan menghindari manipulasi.
Ketiga power diatas pada umumnya dimiliki oleh setiap manusia, hanya saja tidak semua manusia memiliki power yang sama. Karena manusia umumnya memiliki salah satu dari power di atas. Untuk lebih mendalami tentang power tersebut kita perlu memahami darimakah sumber power yang dimiliki oleh manusia itu. Kita mesti memahami bahwa power yang dimiliki oleh seseorang dapat digunakan untuk tujuan kehancuran atau untuk pembangunan.
Ketika power tersebut dipahami secara umum sebagai salah satu cara untuk mempengaruhi kebiasaan orang lain, maka kita akan melihat bahwa power telah disalahgunakan, karena power semestinya itu digunakan dengan cara positif untuk kepentingan semua orang.
Power dapat diperoleh berdasarkan jenis power dan klasifikasinya;
Kekuatan Fisik: suatu bentuk kekuatan fisik paling dasar dan berasal dari kekuatan otot yang berkonotasi pada tinggi badan, berat badan, dan kemampuan atletik juga dapat berkontribusi terhadap kekuatan fisik. Disamping itu kekuatan fisik juga berkaitan dengan adanya akses terhadap senjata atau peralatan: Senjata dan peralatan dapat memperbesar kekuatan fisik.
Kekuatan Sosial: Kekuatan ini berkaitan erat dengan posisi atau status seseorang didalam masyarakat. Orang yang mempunyai otoritas, seperti politisi atau pimpinan perusahaan sudah tentu memiliki kekuatan sosial. Hal lain adalah kekayaan atau sumber daya. Akses terhadap uang dan sumber daya dapat memberikan seseorang kekuasaan atas orang lain. Popularitas atau karisma menjadi penting dalam kekuatan sosial. Menjadi orang yang disukai atau dikagumi dapat memberikan seseorang pengaruh terhadap orang lain. Disamping itu memiliki jaringan kontak yang kuat dapat memberikan seseorang akses terhadap informasi dan peluang.
Kekuatan ekonomi: Kepemilikan sumber daya: Memiliki tanah, pabrik, atau sumber daya lainnya akan memberikan seseorang kekuatan ekonomi. Memiliki kemampuan untuk mengendalikan modal baik bank dan lembaga keuangan lainnya akan memiliki kekuasaan terhadap ekonomi karena mereka mengendalikan akses terhadap uang. Pengusaha merupakan actor utama dalam kekuatan ekonomi. Dunia usaha memiliki kekuatan karena mereka dapat menciptakan lapangan kerja dan mempengaruhi perekonomian dan pada akhirnya mampu mengatur kondisi masyarakat.
Kekuatan politik: Memiliki kekuatan politik dapat memberikan seseorang kemampuan membuat undang-undang sehingga mereka memiliki kekuasaan karena mereka dapat membuat dan menegakkan hukum. Kekuatan politik juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan sumber daya yang ada dalam pemerintahan seperti militer dan polisi, yang memberi mereka kekuasaan.
Kekuatan Pengetahuan: Memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus dapat memberi seseorang kekuasaan atas orang lain yang membutuhkan pengetahuan tersebut. Akses terhadap informasi juga dapat menjadi sumber kekuatan, khususnya di era informasi. Pendidikan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi kuat dalam masyarakat.
Kekuatan Dalam: Percaya pada diri sendiri dapat memberikan seseorang kekuatan untuk mengambil tindakan dan mencapai tujuan. Kemampuan untuk bangkit kembali dari kemunduran merupakan salah satu bentuk kekuatan batin. Memiliki kemampuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan seseorang akan dapat membantu menggunakan kekuatan secara efektif.
Ancaman, intimidasi, atau kendali atas sumber daya dapat digunakan untuk memaksakan penyelesaian. Menahan atau memanipulasi informasi memberikan keuntungan bagi satu pihak. Tokoh yang berwenang mungkin mempunyai kekuasaan untuk menentukan solusi berdasarkan posisi mereka. Keahlian di bidang konflik dapat memberikan satu pihak pengaruh yang lebih besar terhadap hasil konflik. Karisma, reputasi, atau koneksi sosial dapat mempengaruhi orang lain.
Manfaat Menguji Kekuasaan:
Dengan mengenali ketidakseimbangan kekuasaan, solusi dapat dirancang untuk mengatasi permasalahan semua pihak yang terlibat. Solusi yang dibangun atas dasar saling pengertian dan menghormati akan lebih bertahan lama. Memahami dinamika kekuasaan memungkinkan individu dan kelompok untuk melakukan advokasi bagi diri mereka sendiri secara lebih efektif dalam konflik di masa depan.
Mengkaji kekuasaan bukan berarti menjelek-jelekkan pihak-pihak yang berkuasa, namun menciptakan kondisi yang setara untuk mencapai resolusi yang adil dan berkelanjutan.
Referensi:
Lukes, S. (Ed.). (1986). Power (Vol. 2). NYU Press.
Foucault, M. (2016). Discipline and punish. In Social theory re-wired (pp. 319-329). Routledge.
Seigfried, C. H., & Addams, J. (2002). Democracy and social ethics.
Lukes, S. (2012). Power: A radical view [2005]. Contemporary sociological theory, 266(3), 1-22.
Kekuatan Sosial: Kekuatan ini berkaitan erat dengan posisi atau status seseorang didalam masyarakat. Orang yang mempunyai otoritas, seperti politisi atau pimpinan perusahaan sudah tentu memiliki kekuatan sosial. Hal lain adalah kekayaan atau sumber daya. Akses terhadap uang dan sumber daya dapat memberikan seseorang kekuasaan atas orang lain. Popularitas atau karisma menjadi penting dalam kekuatan sosial. Menjadi orang yang disukai atau dikagumi dapat memberikan seseorang pengaruh terhadap orang lain. Disamping itu memiliki jaringan kontak yang kuat dapat memberikan seseorang akses terhadap informasi dan peluang.
Kekuatan ekonomi: Kepemilikan sumber daya: Memiliki tanah, pabrik, atau sumber daya lainnya akan memberikan seseorang kekuatan ekonomi. Memiliki kemampuan untuk mengendalikan modal baik bank dan lembaga keuangan lainnya akan memiliki kekuasaan terhadap ekonomi karena mereka mengendalikan akses terhadap uang. Pengusaha merupakan actor utama dalam kekuatan ekonomi. Dunia usaha memiliki kekuatan karena mereka dapat menciptakan lapangan kerja dan mempengaruhi perekonomian dan pada akhirnya mampu mengatur kondisi masyarakat.
Kekuatan politik: Memiliki kekuatan politik dapat memberikan seseorang kemampuan membuat undang-undang sehingga mereka memiliki kekuasaan karena mereka dapat membuat dan menegakkan hukum. Kekuatan politik juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan sumber daya yang ada dalam pemerintahan seperti militer dan polisi, yang memberi mereka kekuasaan.
Kekuatan Pengetahuan: Memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus dapat memberi seseorang kekuasaan atas orang lain yang membutuhkan pengetahuan tersebut. Akses terhadap informasi juga dapat menjadi sumber kekuatan, khususnya di era informasi. Pendidikan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi kuat dalam masyarakat.
Kekuatan Dalam: Percaya pada diri sendiri dapat memberikan seseorang kekuatan untuk mengambil tindakan dan mencapai tujuan. Kemampuan untuk bangkit kembali dari kemunduran merupakan salah satu bentuk kekuatan batin. Memiliki kemampuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan seseorang akan dapat membantu menggunakan kekuatan secara efektif.
Mengapa Kekuasaan Penting:
Dunia ini penuh dengan ketidak setaraan sehingga menciptakan banyak kekuasaan yang tidak seimbang. Ketika kekuasaan tidak seimbang, salah satu pihak mungkin memiliki lebih banyak sumber daya, pengaruh, atau pengaruh untuk memanipulasi situasi demi keuntungan mereka. Hal ini dapat mengakibatkan hasil yang tidak adil bagi pihak yang kurang berkuasa atau yang tidak memiliki kekuasaan. Dinamika kekuasaan bisa jadi tidak kentara dan kompleks. Meneliti dinamika tersebut membantu mengidentifikasi alasan mendasar dari pendirian dan potensi taktik manipulasi. Memahami dinamika kekuasaan memungkinkan adanya solusi yang mengatasi akar penyebab konflik, bukan hanya masalah permukaan. Ketidakseimbangan kekuasaan yang tidak terkendali dapat menyebabkan konflik di masa depan.Ancaman, intimidasi, atau kendali atas sumber daya dapat digunakan untuk memaksakan penyelesaian. Menahan atau memanipulasi informasi memberikan keuntungan bagi satu pihak. Tokoh yang berwenang mungkin mempunyai kekuasaan untuk menentukan solusi berdasarkan posisi mereka. Keahlian di bidang konflik dapat memberikan satu pihak pengaruh yang lebih besar terhadap hasil konflik. Karisma, reputasi, atau koneksi sosial dapat mempengaruhi orang lain.
Strategi Mengatasi Ketidakseimbangan Kekuatan:
Memberdayakan Pihak yang Lebih Lemah: Menyediakan sumber daya, pelatihan, atau platform untuk memperkuat kemampuan suara dan negosiasi mereka. Pihak ketiga yang netral dapat membantu memfasilitasi komunikasi, memastikan keadilan, dan mencegah taktik manipulasi. Bernegosiasi berdasarkan kebutuhan dan kekhawatiran mendasar, bukan tuntutan kaku. Hal ini dapat menghasilkan solusi yang menguntungkan semua pihak. Komunikasi yang terbuka dan aturan yang jelas dapat membantu mencegah penyalahgunaan kekuasaan selama proses negosiasi.Manfaat Menguji Kekuasaan:
Dengan mengenali ketidakseimbangan kekuasaan, solusi dapat dirancang untuk mengatasi permasalahan semua pihak yang terlibat. Solusi yang dibangun atas dasar saling pengertian dan menghormati akan lebih bertahan lama. Memahami dinamika kekuasaan memungkinkan individu dan kelompok untuk melakukan advokasi bagi diri mereka sendiri secara lebih efektif dalam konflik di masa depan.
Mengkaji kekuasaan bukan berarti menjelek-jelekkan pihak-pihak yang berkuasa, namun menciptakan kondisi yang setara untuk mencapai resolusi yang adil dan berkelanjutan.
Referensi:
Lukes, S. (Ed.). (1986). Power (Vol. 2). NYU Press.
Foucault, M. (2016). Discipline and punish. In Social theory re-wired (pp. 319-329). Routledge.
Seigfried, C. H., & Addams, J. (2002). Democracy and social ethics.
Lukes, S. (2012). Power: A radical view [2005]. Contemporary sociological theory, 266(3), 1-22.
Tags:
Akademik