Menganalisa Konflik

Teuku Murdani

Untuk memahami konflik yang lebih mendalam kita perlu menganalisa untuk memahami apa yang sebenarnya telah dan sedang terjadi. Menganalisa konflik merupakan suatu proses praktis untuk mempelajari dan memahami konflik itu sendiri melalui berbagai sudut pandang. Bisa saja dalam menganalisa kita terjebak dan keluar dari jalur yang seharusnya kita inginkan sehingga kita harus mengulang kembali dari awal. 

Hal ini disebabkan setiap orang akan memberikan informasi kepada kita sesui dengan keinginan, kepentingan dan kebutuhannya. Para pihak yang berkonflik akan sangat berkepentingan untuk meyakinkan kita bahwa versi merakalah yang paling benar, hal ini betujuan untuk melegitimasi apa yang sedang mereka lakukan. Pihak yang memiliki kekuasaan yang besar akan selalu mengarahkan dan melakukan apapun bahkan intimidasi agar semua orang mempercayai bahwa merekalah yang paling benar.

Tentunya dalam menganalisa konflik memerlukan alat bantu. Sebahagian alat yang dibutuhkan akan dipaparkan dibawah ini;

Bagi seorang pekerja resolusi konflik sangat penting untuk memahami komponen-komponen dari konflik itu terlebih dahulu sebelum memulai menganalisa sebuah konflik. Komponen tersebut setidaknya ada tujuh;

  1. Orang, siapa yang terlibat didalam konflik? (Kata SIAPA), apakah konflik internal, interpersonal, intergroup, internasional atau global? Diluar dari “orang/siapa” siapa saja yang terlibat langsung didalam konflik tersebut?
  2. Hubungan, apa hubungan diantara orang-orang yang berkuasa? Apakah mereka punya kekuasaan yang seimbang? Sejauh mana mereka bergantung satu sama lainnya? Apakah ada tindakan-tindakan yang menimbulkan efek terhadap orang lain?
  3. Sejarah, apa dan bagaimana sejarah konflik? Sudah berapa lama konflik tersebut terjadi, seberapa sering konflik tersebut kambuh? Seberapa intenskah konflik tersebut.
  4. Posisi, kebutuhan orang-orang, adakah orang-orang yang menentukan sikap didalam situasi konflik (The WHAT)
  5. Kepentingan, alasan-alasan yang perlu digaris bawahi mengapa orang-orang mengambil sikap didalam situasi konflik. Kebutuhan/kepentingan harus di urut in order of importance dan berbeda jenis kepentingan harus di perhitungkan.
  6. Style konflik, bagaimana orang-orang didalam konflik memilih untuk berhubungan dengan konflik tersebut. Konfrontasi, mengakomodir, berkompromi, berkolaborasi ataupun menghindari?
  7. Respon, apakah ada upaya menyelesaikan konflik sebelumnya? Apa yang terjadi? jika tidak ada upaya papapun mengapa.
  8. Reframe, melihat masaalah dari perspektif yang berbeda. Masaalah yang sebenarnya berdasarkan posisi. Sekarang kita membuat bingkai baru menjadi masalah yang sebenarnya berdasarkan kebutuhan. Cara yang paling efektif dalam melakukan ini adalah dengan bertanya kepada diri sendiri apakah persoalan yang sebenarnya?
  9. Alternatif, the assorted, creative choice of action people in the conflit can take instead of the patterns they use out of habit. Ini bisa saja terjadi jika sebuah konflik di beri bingkai baru yakni berdasarkan kebutuhan.
Komponen-komponen diatas merupakan langkah awal bagi seseorang untuk memahami sebuah konflik yang sedang terjadi. Namun untuk menganalisa sebuah konflik seseorang memerlukan sebuah instrument untuk memahami konflik yang sedang berlangsung agar mampu memberikan sebuah solusi perdamaian. Instrument tersebut adalah;
  1. mengidentifikasi konflik apa yang sedang terjadi.
  2. memahami dan mendalami penyebab-penyebab terjadinya konflik.
  3. membuat pemetaan atau sering disebut dengan mapping mengenai siapa saja yang terlibat didalam konflik tersebut.
  4. mencari gambarang yang jelas tentang bagaimana para pihak yang bersengketa saling berhubungan satu sama lainnya.
  5. memahami dengan jelas situasi saat ini.
  6. memetakan peluang dan kesempatan yang tersedia.
  7. membuat sebuah rancangan kemungkinan konsekuensi yang dihasilkan jika ada solusi.
Setelah mampu memberi jawaban dan gambaran terhadap instrumen diatas maka barulah seseorang bisa membuat sebuah kesimpulan bagaimana tindakan yang seharusnya diambil terhadap konflik tersebut. Bahkan akan mampu merancang sebuah model perdamaian yang akan mengakomodir berbagai kepentingan didalamnya.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post