Berdamai dengan Orang Gila


Oleh : Maulidda Jindan

Mahasiswi Prodi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
UIN Ar-Raniry

Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata orang gila atau sebahagian orang menyebutkan ODGJ (orang dalam gangguan jiwa). Yang pasti berbagai respon dan expresi, sesui dengan pengalaman masing-masing.

Ada diantara kita yang memiliki teman dengan orang gangguan jiwa, ada yang merasa takut, ataupun ada yang pernah mengalami pengalaman buruk bahkan mungkin melibatkan kekerasan fisik.

Fakta sehari-hari menunjukkan bahwa ramai sekali orang awam yang salah kaprah dalam mengartikan ODGJ. Mereka bukanlah orang sakit yang harus kita jauhi, justru malah sebaliknya mereka memerlukan perhatian khusus untuk menjaga kestabilan mental.

Fakta menurut WHO (2016) meggambarkan bahwa terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena dimensia.

Kebanyakan dalam komunitas kita memahami ODGJ sebagai “orang gila”. Persepsi ini terbangun karena mereka kebanyakan kita melihat mereka suka berbicara sendiri, berteriak, bahkan berjalan luntang lantung tanpa arah.

Namun para pakar kejiwaan menjelaskan bahwa ODGJ merupakan orang yang mengalami gangguan mental sehingga mempengaruhi beberapa kondisi suasana hati, befikir, dan perilaku orang tersebut.

Gangguan mental tersebut dibagi kedalam beberapa kategori: seperti gangguan depresi mayor, dimana para ahli mejelaskan bahwa seseorang mengalami gangguan kesehatan mental yang di tandai dengan suasana hati yang terus tertekan dan kehilanggan semangat beraktifitas.

Kemudian ada gangguan kesemasan, dimana para penderita menunjukkan perasaan khawatir, cemas, takut yang cukup kuat untuk mengganggu aktivitas sehari-hari.

Yang terakhir adalah gangguan bipolar dimana gangguan kesehatan mental ini berhubungan dengan perubahan suasana hati mulai dari posisi terendah, depresif/tertekan. Hingga tertinggi/manik. Dan beberapa gangguan mental lainnya.

Sedangkan penyebab seseorang menjadi ODGJ umumnya diakibatkan oleh tiga factor, faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor social.

Dari semua faktor di atas, peran keluarga sangat berpengaruh dalam perawatan orang yang terkena gangguan mental (ODGJ). Upaya-upaya eksternal yang dapat dilakukan untuk menangani pasien gangguan jiwa adalah dengan memberikan terapi psikologi yang bisa dilaksanakan di rumah sakit, klinik rawat jalan, pusat kesehatan jiwa , dan rumah.

Menurut Eva Mitayasari (2018), bahwa pengobatan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) tidak hanya meliputi faktor farmakologis saja, akan tetapi melibatkan faktor lain yang sangat kompleks. Selain dilakukan pengobatan dengan farmakologi yang tepat, dibutuhkan pengobatan yang berbasis lingkungan.

Pengobatan berbasis lingkungan ini memanfaatkan lingkungan di sekitar pasien sebagai sarana terapi. Terapi lingkungan mampu meningkatkan interaksi pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar, meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga, meningkatkan kreatifitas pasien dan mempu mencegah kekambuhan (Ermalinda 2015 )

Berdasarkan informasi tersebut, terlihat dengan jelas bahwa pengobatan berbasis lingkungan sangat mendukung kesembuhan orang yang mengalami gangguan jiwa. Tidak hanya sampai disitu, lingkunagn juga mampu mencegah kekambuhan gangguan jiwa yang di alami seseorang.

Lingkungan yang terdekat dengan ODGJ adalah keluarga, keluarga yang sehat dan hangat mampu memberikan sentuhan terapi kepada mereka. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan diantaranya, sebagai faktor penyaring dan deteksi awal terhadap klien gangguan kejiwaan, pemberi perawatan klien dengan gangguan kejiwaan.

Keluarga sendiri tak ubahnya sebagai garda terdepan dalam menjaga kesehatan jiwa anggota keluarga lainnya dan menjadi pihak yang memberikan pertolongan pertama dalam bentuk psikologis apabila tampak gejala yang mengarah pada kesehatan kejiwaan.

Keluarga penting sekali untuk memahami beberapa hal penting agar sigab dalam memberikan perawatan di rumah terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Secara umum setiap keluarga perlu memahami jenis ganguan jiwa dan gejala yang di alami, memahami faktor yang menyebabkan gangguan jiwa, serta faktor apasaja yang dapat menyebabkan kekambuhan, disamping beberapa faktor lain tentang tatacara memberikan pertolongan pertama kepada mereka.

Peran keluarga tak ubahnya seperti benteng pertahanan yang kokoh untuk meningkatkan produktifitas ODGJ sehingga mampu menstabilkan kondisi mental mereka. Untuk itu setiap keluarga perlu diberikan pengetahuan tentang ciri-ciri gangguan jiwa khususnya bagi anak-anak.

Sedangkan bagi keluarga yang ada anggota keluarga mereka telah mengalami gangguan jiwa, perlu diberikan pemberdayakan keluarga dalam menunjang kesembuhan ODGJ.

Semoga dalam keseharian kita mampu berdamai dengan orang gila, dan mampu menjadi bagian dari lingkungan yang dapat mengobati kesembuhan mereka.

Post a Comment

Previous Post Next Post