Memahami Konflik

Bacaan Mata Kuliah Resolusi Konflik

Oleh: T. Murdani
Dosen Prodi Pengembangan Masyarakat Islam,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh

Konflik merupakan suatu komponen penting dalam pengembangan masyarakat. Konflik bisa menjadi masaalah dan bisa juga menjadi solusi dalam pembangunan. Tidak jarang konflik sengaja diciptakan untuk memudahkan proses pembangunan, dan begitu juga sebaliknya bila ada pihak yang kurang diuntungkan dalam pembangunan bisa saja menggunakan konflik untuk menghambat proses pembangunan. 

Namun konflik yang sesungguhnya merupakan suatu factor yang menghambat proses pembangunan. Untuk itu memahami konflik akan menambah wawasan dan pengetahuan untuk mempermudah proses pengembangan masyarakat karena konflik selalu ada ditengah-tengah komunitas.

Memahami Konflik

Sebelum kita melangkah lebih jauh dan melihat berbagai kasus konflik dan resolusi yang sudah dilakukan ada baiknya kita terlebih memahami konflik itu sendiri agar kita memiliki dasar yang kuat untuk mengembangkan pengetahuan tentang resolusi konflik. Ada dua kata yang selalu digunakan berdekatan tetapi memiliki pengertian yang sangat jauh berbeda yaitu Konflik dan kekerasan.

Konflik merupakan sebuah perbedaan ide antara individu atau kelompok yang mengakibatkan perdebatan panjang, perselisihan dan bisa saja mengakibatkan dendam. Kekerasan adalah ketika konflik sudah meningkat dimana terjadinya pemukulan ataupun tindakan kekerasan oleh satu pihak kepada pihak lawan.

Berkaitan dengan konflik banyak sekali kajian-kajian dan teori-teori maupun definisi yang telah di susun oleh para ahli, namun pada intinya konflik itu adalah perbedaan yang terdapat pada diri manusia. Baik itu perbedaan antara pikiran dan naluri sehingga menimbulakan keraguan dan kontradiksi antara realitas pikiran dan bisikan hati terhadap suatu masaalah maupun perbedaan diantara satu manusia dengan manusia yang lain ataupun perbedaan yang terdapat antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Perbedaan-perbedaan tersebut akan menjadi konflik ketika sudah diakumulasikan didalam kepentingan. Baik kepentingan yang berkaitan dengan sumber alam, kepentingan sosial, kepentingan ekonomi maupun kepentingan politik. Kondisi ini biasanya dipicu oleh hegemony mayoritas terhadap minoritas.

Meminjam definisi Condliffe dimana dari pengalaman mengajarnya ia merumuskan satu definisi dimana konflik adalah bagaimana kita menerima dan memahami ancaman terhadap kepentingan baik kelompok maupun individu yang berkaitan dengan keinginan interpersonal kita.

Konflik ini bisa saja diselesaikan dalam waktu singkat atau akan menjadi konflik laten. Semua konflik yang timbul selalu melekat tiga komponen yaitu kepentingan, emosi dan nilai.

Berikut adalah beberapa definisi konflik yang di rumuskan oleh para ahli;

“konflik akan muncul ketika dua atau lebih individu atau kelompok mengejar tujuan yang saling bertentangan. Konflik dapat dilakukan dengan kekerasan, seperti dalam perang, atau tanpa kekerasan, seperti dalam pemilihan atau dalam proses hukum permusuhan. ketika disalurkan secara konstruktif ke dalam proses resolusi, konflik dapat bermanfaat.” (United State Institute of Peace)

“ Konflik muncul setiap kali aktivitas yang tidak sesuai terjadi .... satu pihak mengganggu, mengganggu, menghalangi, atau dengan cara tertentu membuat tindakan pihak lain menjadi kurang efektif” (Morton Deutsch).

“Konflik berarti perbedaan kepentingan yang dirasakan, atau keyakinan bahwa aspirasi para pihak saat ini tidak dapat dicapai secara bersamaan” (Dean Pruitt and Jeffrey Rubin).

“Konflik- kegiatan yang tidak kompatibel- terjadi dalam kooperatif serta konteks kompetitif pihak-pihak yang berkonflik dapat mengadakan tujuan kooperatif atau kompetitif" (Dean Tjosvold and E. Van De Vliet).

Secara umum konflik itu digambarkan terjadinya perbedaan kepentingan antara dua pihak dimana setiap pihak bersikukuh pada posisi dan pendapatnya. Kondisi lain adalah keinginan suatu pihak tidak dipenuhi oleh pihak lain, bisa saja uang, pekerjaan, barang ataupun berbagai kemungkinan lainnya, sehingga pihak yang memiliki keinginan akan melakukan tindakan-tindakan untuk memenuhi keinginannya yang pada akhirnya akan menimbulkan konflik.
Konflik dan Manusia

Berkonflik memang sudah menjadi kudrahnya mahkluk hidup bukan hanya pada manusia tetapi juga pada makhluk hidup lainnya. Manusia itu sendiri terlahir dengan membawa perbedaan fisik dan non-fisik. Perbedaan fisik yaitu perbedaan warna kulit, jenis kelamin dan berbagai bentuk rupa yang sangat berbeda diantara belahan dunia.

Sedangkan non fisik manusia itu terlahir dengan berbagai suku, bangsa dan daerah yang berbeda-beda dimana semuanya memiliki latarbelakang, kebisaan, pola piker dan budaya yang beragam. Melihat kondisi seperti ini sangat mustahil bagi manusia untuk tidak berkonflik satu sama lainnya.

Dalam kita suci Al-Quran, Allah telah menagaskan dalam surat Hud ayat 118;

Sekiranya Tuhanmu menghendaki, ia pasti menjadikan seluruh manusia satu ummat, namun mereka tetap berselisih pendapat.

Manusia memiliki nalar, kemampuan serta ego untuk menerjemahkan sesuatu sesuai dengan pola piker yang dimiliki. Ketika hasil analisa pribadi ditawarkan kepada sebuah forum maka akan terlihat bahwa tidak semua orang berpikir dengan pola yang sama.

Dalam sebuah pepatah Cina mengatakan bahwa “Jika anda tidak pernah betikan dengan orang lain, maka anda tidak akan mengenal satu sama lain (Fisher dkk, 2000).

Konflik itu bisa terjadi dimana-mana, tidak mengenal usia dan tempat. Bagaimana dua anak berkonflik untuk memperebutkan mainan merupakan suatu masaalah tersendiri bagi orang tua. Beberapa didang pada suatu dinas saling memperebutkan budget dan kewenangan. Para pedagang yang memperebutkan pembeli. Para pengusaha yang berkompetisi untuk meperebutkan proyek dan pekerjaan.

Kelompok-kelompok orang dari daerah yang berbeda saling membanggakan kebudayaan dan daerah masing-masing. Suku bangsa yang mempermasaalahkan wilayah kekuasaan merupakan gambaran kecil bahwa konflik itu ada dimana-mana.

Konflik sudah menjadi tabiat dalam diri manusia dan akan terus berkonflik selama waktu masih tetap berjalan. Konflik manusia telah dimulai semenjak detik waktu dimulai dan akan terus berlanjut. Konflik yang dapat menghancurkan manusia itu sendiri, kekerasan dan peperangan sudah melekat dengan diri manusia dan sudah menjadi fitrahnya (Ury, 1999).

Dalam ajaran Islam kita juga sudah memahami bahwa konflik sudah dimulai semenjak Allah menciptakan manusia pertama yaitu Nabi Adam, As yang kemudian dilanjutkan dengan pertikaian Habil dan Qabil.

Konflik terus berlanjut ketika manusia mulai hidup berkelompok-kelompok, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Konflik telah memakan banyak korban manusia karena menggunakan berbagai resources untuk menghancurkan lawan.

Post a Comment

Previous Post Next Post