Oleh: Teuku Murdani
Waktu merupakan sebuah kata yang terdiri dari lima huruf, namun memiliki pengaruhi yang sangat besar dan melampaui apa yang ada di dunia ini, bahkan melampaui apa yang dapat kita pikirkan. Waktu telah memberikan kebingungan yang maha dahsyat bagi para pemikir terdahulu, sekarang, besar kemungkinan juga untuk masa depan.
Waktu telah memberikan pengalam senang dan pahit bagi banyak orang dan waktu telah merubah wajah dunia. Setiap detik waktu telah menjadi saksi terhadap segala bentuk perubahan dan setiap jengkal kejadian di dunia ini.
Kebanyakan manusia tidak mampu memahami waktu, sehingga ramai manusia yang menjadi korban waktu. Waktu pula yang menyebabkan manusia hidup dalam keadaan susah, senang, miskin, kaya, bahagia, sengsara, menderita, marah, gila dan sebagainya.
Maka tidak salah ketika Allah bersumpah dengan nama waktu وَالْعَصْرِ “Demi masa” إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ۙ”sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi”. Tetapi tidak ada suatu kepastian bahwa orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang mampu mengelola waktu.
Jika direnungi,kehebatan,kepintaran dan intelektualitas manusia itu kemungkinan tidak ada, yang ada hanyalah kegilaan yang kemudian diwujudkan ke dalam sesuatu untuk melahirkan pembuktikan.
Kegilaan-kegilaan itulah yang kemudian dicatat dalam sejarah, karena telah membuktikan sesuatu yang tidak dipikirkan oleh manusia lainnya. Tidak ada catatan sejarah pasti berapa jumlah manusia yang pernah hidup di dunia ini.
ChatGPT memberikan perkiraan sekitar 120 miliar, katakanlah benar apa yang diperkirakan oleh ChatGPT, namun kenyataan nya tidak sampai satu persen pun yang kita ingat namanya, kecuali orang-orang yang melakukan hal-hal yang tidak masuk akal (gila).
Semakin direnungi maka semakin aneh saja kondisi manusia dan dunia ini. David Hume menulis kegelisahannya tentang hal ini di mana kita ini seolah-olah sedang berada di dalam teater besar, di mana penyebab dan alasan sejati dari setiap kejadian sepenuhnya tersembunyi dari kita.
Kitapun tak cukup bijak untuk mempraktikkannya, dan tak cukup berkuasa untuk mencegah kemalangan yang selalu mengancam. Kita terus saja bergantung antara hidup dan mati, sehat dan sakit, kaya dan miskin, semua disebar di antara spesies manusia oleh penyebab rahasia dan tak diketahui. Yang berjaya sering tidak terduga, dan selalu tak bisa dipertanggungkan.
Kegelisahan David ini dapat dipahami mengingat sebenarnya manusia itu adalah makhluk yang sangat lemah, bahkan tidak mampu memastikan apa yang akan terjadi pada dirinya satu menit ke depan, tidak mampu mencegah petaka yang akan dihadapinya, bahkan dia tidak akan tahu apakah semenit ke depan akan menghasilkan uang atau kehilangan uang.
Atau mungkin saja kita tidak berada di teater besar seperti kata David, namun kita berada dialam mimpi. dimana jasad kita sedang dibekukan kemudian kita disungguhi berbagai bentuk mimpi sambil menunggu waktu untuk dibangunkan, yang kemudian kita menghadapi kenyataan.
Atau mungkin saja kita tidak berada di teater besar seperti kata David, namun kita berada dialam mimpi. dimana jasad kita sedang dibekukan kemudian kita disungguhi berbagai bentuk mimpi sambil menunggu waktu untuk dibangunkan, yang kemudian kita menghadapi kenyataan.
Sedangkan menurut Henry Van Dike; waktu itu terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi mereka yang takut, terlalu lama bagi mereka yang berduka, terlalu pendek bagi mereka yang bergembira, namun bagi mereka yang sedang jatuh cinta waktu itu tidak ada.
Imam Asy-Syafi’i memberi gambaran bahwa ٱلْوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ “Waktu itu bagaikan pedang; jika engkau tidak memotongnya (menggunakannya dengan baik), maka ia akan memotongmu (menghancurkanmu).”
Dengan berbagai kondisi yang ada, apakah kita akan menjadi korban waktu selanjutnya atau kita akan menggunakan gagang pedang untuk menghunus nya.
Imam Asy-Syafi’i memberi gambaran bahwa ٱلْوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ “Waktu itu bagaikan pedang; jika engkau tidak memotongnya (menggunakannya dengan baik), maka ia akan memotongmu (menghancurkanmu).”
Dengan berbagai kondisi yang ada, apakah kita akan menjadi korban waktu selanjutnya atau kita akan menggunakan gagang pedang untuk menghunus nya.
Tags:
Opini
