Apa itu Kemiskinan?

 

Teuku Murdani
Dosen Prodi Pengembangan Masyarakat Islam
UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Kemiskinan adalah masalah universal yang melintasi batas-batas negara dan komunitas. Fenomena ini tidak hanya ditemukan di negara-negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju yang seringkali dianggap sebagai tempat dengan tingkat kemakmuran yang tinggi. Namun, kemiskinan tetap menjadi masalah sosial yang menantang di seluruh dunia. Walaupun penyebab dan dampaknya bervariasi, kemiskinan tetap berakar pada ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya dasar yang penting bagi kehidupan manusia. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi definisi kemiskinan, bentuk-bentuknya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di berbagai masyarakat.

Sejarah dan Definisi Kemiskinan

Kemiskinan sering dianggap sebagai suatu kondisi yang sangat mudah dipahami, namun sangat sulit untuk didefinisikan dengan jelas karena kompleksitasnya. Tidak ada satu definisi tunggal yang berlaku untuk semua negara dan komunitas, karena kemiskinan dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda di setiap tempat. Salah satu definisi yang sering dijadikan acuan adalah yang diajukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menggambarkan kemiskinan sebagai "penolakan terhadap pilihan dan peluang yang paling mendasar bagi pembangunan manusia—untuk menjalani hidup yang panjang, sehat, kreatif, dan menikmati standar hidup yang layak, kebebasan, harga diri, dan rasa hormat dari orang lain" (Dziedzic, 2006). Definisi ini menekankan bahwa kemiskinan bukan hanya tentang kekurangan materi, tetapi juga tentang hilangnya kesempatan untuk berkembang secara penuh sebagai individu.

Menurut Odekon (2006), kemiskinan pertama kali muncul dalam sejarah terkait dengan penguasaan tanah oleh pihak-pihak yang lebih berkuasa. Kata "kemiskinan" awalnya merujuk pada situasi ketika pemilik tanah memaksa petani untuk menjual tanah mereka, sehingga petani tersebut kehilangan aset yang merupakan sumber utama penghidupan mereka. Dalam konteks ini, kemiskinan muncul sebagai akibat dari ketidakadilan ekonomi dan ketidakseimbangan dalam penguasaan sumber daya.

Namun, meskipun asal-usul kata "kemiskinan" dapat ditelusuri pada sejarah tersebut, kemiskinan itu sendiri adalah masalah yang jauh lebih kompleks. Sebagai sebuah fenomena sosial, kemiskinan mencakup banyak aspek kehidupan, mulai dari ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan pendidikan, hingga ketidaksetaraan dalam akses terhadap peluang dan pelayanan kesehatan yang memadai.

Kemiskinan Absolut vs. Kemiskinan Relatif

Salah satu cara untuk memahami kemiskinan adalah dengan membedakan antara kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Dziedzic (2006) menjelaskan bahwa kemiskinan absolut merujuk pada situasi di mana kebutuhan dasar seseorang—seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal—tidak terpenuhi. Dalam kondisi ini, individu atau keluarga tidak memiliki akses yang cukup untuk memenuhi standar hidup yang paling dasar, yang berpotensi mengancam kelangsungan hidup mereka. Kemiskinan absolut sering kali ditemukan di daerah-daerah yang memiliki tingkat kemiskinan yang sangat tinggi, terutama di negara-negara berkembang yang kekurangan sumber daya dan infrastruktur.

Di sisi lain, kemiskinan relatif mengacu pada kondisi di mana individu atau kelompok tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka karena perbandingan dengan masyarakat sekitarnya. Seseorang mungkin tidak hidup dalam kelaparan atau kekurangan pangan, tetapi mereka masih merasa tertinggal jika dibandingkan dengan standar hidup orang lain di komunitas mereka. Hal ini terjadi karena ketidaksetaraan dalam distribusi kekayaan dan akses terhadap layanan sosial yang adil. Di negara-negara maju, misalnya, meskipun penduduknya secara umum memiliki akses yang lebih baik terhadap kebutuhan dasar, ketidaksetaraan yang mencolok sering kali menciptakan segmen-segmen masyarakat yang merasa tertinggal atau terpinggirkan.

Dampak Sosial dan Ekonomi Kemiskinan

Kemiskinan memiliki dampak yang sangat luas, baik secara sosial maupun ekonomi. Salah satu dampak terbesar dari kemiskinan adalah rendahnya tingkat produktivitas individu. Hal ini disebabkan oleh kurangnya akses terhadap pendidikan yang berkualitas, pelayanan kesehatan yang memadai, dan kesempatan kerja yang layak. Anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan sering kali terhambat dalam pendidikan mereka karena kurangnya sumber daya untuk mendukung studi mereka, sementara orang dewasa yang hidup dalam kemiskinan cenderung bekerja dalam kondisi yang buruk, dengan gaji rendah dan peluang karier terbatas.

Mundian (2004) mencatat bahwa sekitar tiga perempat dari penduduk pedesaan hidup dalam kemiskinan, dengan seperempat di antaranya mengalami kemiskinan ekstrem. Kondisi ini menciptakan kesenjangan yang semakin lebar antara daerah pedesaan dan perkotaan, memperburuk ketidaksetaraan sosial dan ekonomi. Di daerah pedesaan, kemiskinan sering kali terkait dengan akses terbatas terhadap pendidikan, infrastruktur, dan layanan kesehatan. Hal ini menyebabkan individu dan keluarga di daerah tersebut terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sulit diputuskan.

Kemiskinan juga memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Wrigley (2004) menggambarkan kemiskinan dalam gambaran yang sangat realistis dan menyentuh: "Anak yang kelaparan, apatis karena kekurangan makanan; keluarga yang menggigil karena tidak mampu membeli bahan bakar di musim dingin yang keras; iritasi parasit pada pakaian kotor dan luka serta bau busuk yang menyertainya." Gambarannya memberikan gambaran nyata tentang bagaimana kemiskinan bukan hanya tentang angka atau statistik, tetapi tentang penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam keadaan tersebut.

Faktor Penyebab Kemiskinan

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan, baik yang bersifat struktural maupun individual. Salah satu faktor utama adalah ketidakadilan dalam distribusi sumber daya, yang sering kali diperburuk oleh faktor-faktor politik, ekonomi, dan sosial yang tidak mendukung kesejahteraan masyarakat miskin. Ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan adalah dua faktor besar yang menyebabkan banyak orang terperangkap dalam kemiskinan. Pendidikan yang buruk dan kurangnya keterampilan membuat individu kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, sementara masalah kesehatan, seperti penyakit kronis, dapat menyebabkan biaya pengobatan yang tinggi, yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan dasar.

Selain itu, ketergantungan pada sektor-sektor ekonomi tertentu, seperti pertanian subsisten di daerah pedesaan, juga membuat banyak orang rentan terhadap kemiskinan. Perubahan iklim, bencana alam, atau fluktuasi harga komoditas dapat mempengaruhi pendapatan mereka, sementara kurangnya akses terhadap teknologi dan pengetahuan yang lebih baik membatasi kemampuan mereka untuk meningkatkan produktivitas.

Kesimpulan

Kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan multifaset, yang tidak hanya mencakup kekurangan materi, tetapi juga ketidakmampuan untuk mengakses peluang dan memilih jalur hidup yang lebih baik. Dari kemiskinan absolut yang mengancam kelangsungan hidup, hingga kemiskinan relatif yang menciptakan ketidaksetaraan sosial, dampak dari kemiskinan sangat besar, baik pada individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Untuk mengatasi kemiskinan, dibutuhkan pendekatan yang holistik, yang mencakup peningkatan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, serta peluang ekonomi yang lebih merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Hanya dengan cara ini kita bisa berharap untuk menciptakan dunia yang lebih adil, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka.

Refrensi

Dziedzic, N. (2006). World poverty. Gale Cengage.
Mundial, B. (Ed.). (2004). Poverty in Guatemala. World Bank Publications.
Odekon, M. (Ed.). (2006). Encyclopedia of world poverty (Vol. 1). Sage.
Wrigley, E. A. (2004). Poverty, progress, and population. Cambridge univ. press.








Post a Comment

Previous Post Next Post