Lumpoe dan Pembangunan Masyarakat Islam

Oleh: T. Murdani

Dosen Prodi Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh

Sebagaimana telah disebutkan dalam tulisan terdahulku dengan judul “Membangun Aceh dengan Lumpoe”. Lumpoe memiliki sisi positif dan sisi negatif, namun dalam masyarakat Aceh lumpoe lebih cenderung diekpresikan dalam sisi negatif.

“Lumpoe tingeuh ceut uroe timang” misalnya salah satu cara untuk mengekpresikan kondisi seseorang yang suka menghayal. Padahal lumpoe tidaklah senegatif itu, malahan lumpoe memiliki peran penting dalam sebuah upaya pembangunan.

Tentu saja lumpoe tersebut harus berdasarkan pengetahuan dan sejarah manusia masa lalu. Sebuah upaya pembangunan sangat bergantung kepada pengetahuan dan sejarah untuk memproduksi lumpoe yang dapat merubah suatu komunitas menjadi lebih baik.

Lumpoe untuk sebuah pembangunan biasanya diekpresikan melalui tulisan baik buku maupun artikel dan film-film yang bertujuan untuk merubah mindset sebuah komunitas agar menjadi lebih maju atau modern. Hal ini dapat di rasionalisasikan bagaimana mindset kita terhadap Barat misalnya yang terbentuk karena menonton film-film yang di produksi oleh Hollywood.

Bagaimana pula maindset kita terhadap orang-orang India yang dipengaruhi oleh film-film produksi Bollywood. Namun kenyataan nya, semua itu hanya sebuah produksi untuk membentuk mindset komunitas lain terhadap mereka.

Sebuah kesalahan total kalau kita berfikir bahwa Amerika seperti di dalam film yang kita tonton, atau India seperti yang sering kita lihat didalam film-film yang sering diputar di layar televisi.

Lumpoe dalam pembangunan merupakan sebuah gerakan untuk memicu agar orang-orang dalam satu komunitas mau bergerak dari kebiasaan lama kepada kebiasaan baru yang dianggap lebih maju atau modern. Tujuan akhir dari sebuah pembangunan adalah semua orang memiliki hidup lebih baik.

Namun tujuan tersebut tentu akan memiliki berbagai tantangan, khusnya dari kelompok-kelompok yang sudah sangat nyaman dengan kondisi yang sudah ada. Mereka tentunya sangat berkepentingan untuk mempertahankan kondisi yang ada agar hegemoni mereka tidak terganggu.

Tidak jarang upaya pembangunan akan kandas ditengah jalan karena berhadapan dengan kelompok-kelompok tersebut. Mereka akan melakukan perlawanan secara lunak seperti memberikan fasilitas terhadap orang-orang yang dianggap perlu. Ataupun mereka tidak akan segan-segan melakukan kekerasan kalau upaya secara lunak tidak berhasil.

Oleh karena itu aktor-aktor pembangunan harus memiliki lebih banyak lumpoe dan lebih kreatif dalam menyampaikan lumpoe tersebut kepada seluruh anggota komunitas. Sebagai contoh, bagaimana anak-anak muda Aceh saat ini begitu menyukai hal-hal yang berbau Korea.

Mulai dari fashion, makanan, gaya rambut, gaya hidup dan lain-lain. Ternyata Korea telah mengikuti jejak Amerika dan India. Mereka memproduksi berbagai film dan kelompok-kelompok musik yang begitu cepat menggoda anak-anak muda lain di Asia, termasuk Aceh.

Drama Korea atau drakor menjadi pilihan favorit mulai dari anak muda sampai orang tua. Dari drakor merambah ke fashion dan makanan serta membentuk mindset anak-anak muda Aceh terhadap Korea. Tidak sedikit pula yang meulumpoe ingin ke Korea untuk melihat langsung kondisi sosial disana.

Aceh patut mengikuti jejak-jejak tersebut dalam menyampaikan ide-ide pembangunan. Tentunya dalam membentuk masyarakat dengan konsep masyarakat Islam dengan ciri-ciri tersendiri sehingga terbentuk masyarakat madani dan menjadi rahmatan lil’alamin.

Dinas syariat Islam sudah saatnya menfasilitasi pengkajian, penelitian, dan seminar-seminar mengenai konsep masyarakat Islam. Bagaimana konsep ekonomi Islam, bagaimana fondasi struktur sosial masyarakat Islam. Kemudian memproduksi lumpoe tersebut baik dalam bentuk buku maupun film-film pendek.

Sudah saatnya meninggalkan kebijakan-kebijakan yang kurang bermanfaat dan berkesan membagi-bagi tumpok. Bernegara bukanlah sekedar mencari kekayaan tetapi lebih kepada mengemban tanggung jawab untuk mengupayakat semua umat sejahtera.

Semoga Dinas Syariat Islam Aceh kedepan akan lebih berperan dalam memproduksi lumpoe bagaimana sebuah masyarakat Islam yang ideal sesuai dengan yang contohkan Rasulullam dengan msyarakat Madaninya. Tidak hanya pintar menangkap para pelanggar syariah tetapi juga mampu menggerakkan masyarakat untuk hidup dengan aturan-aturan Islam.

Semoga..!

Post a Comment

Previous Post Next Post