Teuku MurdaniDosen Prodi Pengembangan Masyarakat IslamUIN Ar-Raniry Banda Aceh
Kata "pembangunan" telah menjadi salah satu istilah yang paling sering digunakan dalam diskursus sosial, politik, dan ekonomi sejak pertengahan abad ke-20. Meskipun pada awalnya muncul dengan makna spesifik, perkembangan penggunaannya telah menjadikannya sebagai istilah dengan interpretasi yang beragam dan sering kali kontroversial. Artikel ini akan mengupas asal-usul, definisi, serta dinamika konsep pembangunan dalam konteks ilmu sosial dan kehidupan masyarakat. Kata "pembangunan" mulai mendapatkan perhatian global setelah dipopulerkan oleh Presiden Amerika Serikat ke-33, Harry S. Truman, pada tahun 1949. Dalam pidatonya saat pelantikan, Truman menekankan pentingnya upaya kolektif untuk membantu kawasan-kawasan tertinggal di dunia demi mengakhiri kemiskinan dan mencegah konflik global. Ia menyebut pembangunan sebagai cara untuk mengatasi ketimpangan global sekaligus menjaga perdamaian dunia pasca Perang Dunia II.
Sejak saat itu, pembangunan menjadi topik utama dalam berbagai agenda internasional. Istilah ini tidak hanya menjadi fokus kebijakan di tingkat nasional maupun global, tetapi juga memicu debat panjang di kalangan akademisi dan pakar. Robinson & Green (2011) mencatat bahwa pembangunan adalah konsep yang sangat kontroversial dalam ilmu sosial. Perbedaan cara pandang, konteks geografis, dan nilai-nilai budaya membuat interpretasi pembangunan menjadi kompleks dan dinamis.
Salah satu perdebatan utama dalam memahami pembangunan adalah relasinya dengan pertumbuhan ekonomi. Pada pandangan pertama, kedua istilah ini sering dianggap sinonim. Namun, menurut Robinson & Green (2011), pembangunan dan pertumbuhan memiliki makna yang berbeda.
Pertumbuhan ekonomi merujuk pada peningkatan pendapatan nasional atau produk domestik bruto (PDB) suatu negara. Fokusnya adalah kuantitatif—pada angka dan statistik yang menunjukkan kemajuan ekonomi. Sebaliknya, pembangunan melibatkan dimensi yang lebih luas, termasuk kesetaraan sosial, keadilan, dan kesejahteraan individu dalam masyarakat.
Willis (2011) menambahkan bahwa pembangunan tidak hanya berorientasi pada aspek ekonomi, tetapi juga mencakup kebebasan politik, akses terhadap pendidikan, serta perbaikan distribusi pendapatan. Pembangunan mengacu pada perubahan ke arah yang lebih baik secara holistik.
Sebagian besar masyarakat modern sering kali mengaitkan pembangunan dengan konsep modernitas. Modernitas, yang mencerminkan gaya hidup dan nilai-nilai dunia kontemporer, sering dijadikan tolok ukur keberhasilan pembangunan. Pieterse (2001) menggambarkan tujuan klasik pembangunan sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju.
Namun, modernitas itu sendiri adalah konsep yang cair dan dinamis. Apa yang dianggap modern di satu tempat dan waktu tertentu bisa saja dianggap kuno di tempat lain. Sebagai contoh, teknologi yang diadopsi oleh negara maju pada awal abad ke-21 mungkin baru diperkenalkan di negara berkembang pada dekade berikutnya. Oleh karena itu, pembangunan sebagai proses modernisasi tidak memiliki definisi tunggal yang baku.
Lebih lanjut, modernitas tidak selalu berarti keberlanjutan. Banyak kritik terhadap model pembangunan yang berorientasi pada modernisasi karena sering kali mengabaikan aspek sosial, budaya, dan lingkungan lokal.
Majova (2010) mendefinisikan pembangunan secara singkat sebagai "proses perbaikan." Definisi ini mencakup semua aspek yang terlibat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Beberapa bentuk perbaikan yang sering menjadi indikator pembangunan meliputi:
Peningkatan Infrastruktur: Akses terhadap jalan, air bersih, listrik, dan telekomunikasi.
Kesejahteraan Ekonomi: Peningkatan pendapatan per kapita, pengurangan kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang lebih merata.
Pendidikan dan Kesehatan: Akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan layanan kesehatan dasar bagi semua lapisan masyarakat.
Peningkatan Teknologi: Adopsi teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor.
Transformasi Sosial dan Politik: Penguatan demokrasi, kebebasan berpendapat, dan keadilan sosial.
Robinson & Green (2011) juga menyebutkan bahwa pembangunan mencakup berbagai dimensi seperti urbanisasi, industrialisasi, transformasi sosial, dan pertumbuhan ekonomi.
Dinamika sosial, politik, ekonomi, dan budaya selalu memengaruhi proses pembangunan. Misalnya, pembangunan di negara-negara Afrika mungkin lebih berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan. Di sisi lain, negara-negara Asia yang lebih maju mungkin lebih menekankan pada inovasi teknologi dan keberlanjutan lingkungan.
Selain itu, pembangunan juga bersifat spasial. Kondisi geografis suatu daerah, seperti lokasi, sumber daya alam, dan kondisi lingkungan, sangat menentukan bentuk dan kecepatan pembangunan di wilayah tersebut.
Meskipun tujuan pembangunan adalah menciptakan kesejahteraan bagi semua, realisasinya tidak selalu berjalan mulus. Berikut beberapa tantangan utama dalam pembangunan:
Ketimpangan Sosial dan Ekonomi: Tidak semua lapisan masyarakat dapat menikmati hasil pembangunan secara merata. Ketimpangan ini sering kali memperbesar kesenjangan sosial.
Dampak Lingkungan: Proses pembangunan yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti deforestasi, polusi, dan perubahan iklim. Ketidakstabilan Politik: Konflik politik atau perang dapat menghambat pembangunan. Budaya Lokal: Modernisasi sering kali bertabrakan dengan nilai-nilai tradisional, sehingga menciptakan ketegangan sosial.
Pembangunan bukan sekadar angka atau statistik, tetapi merupakan proses kompleks yang melibatkan berbagai aspek kehidupan manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Willis (2011), pembangunan adalah perubahan ke arah yang lebih baik, baik secara material maupun non-material.
Namun, agar pembangunan benar-benar memberikan manfaat bagi semua, pendekatannya harus holistik dan inklusif. Artinya, pembangunan tidak boleh hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga harus mempertimbangkan keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, dan penghormatan terhadap budaya lokal. Dengan demikian, pembangunan dapat menjadi sarana untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan sejahtera bagi semua.